Kaifiat Dzikir



A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin
Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

Kaifiat Zikir
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh amma ba'du,

Sebagian  masyarakat Islam bergeser memahami makna Zikir yang sebenarnya. Mungkin karena banyak didemonstrasikan di TV. Ada kelompok yang berpakaian putih-putih, berteriak membaca puji-pujian kepada Allah dan Rasul, lalu menangis terseduh-seduh Kadang - kadang terlihat, seperti dibuat-buat. Itulah yang disebut masyarakat Zikir,dan kaifiatnya Padahal, tidaklah demikian. Bagaimana makna Zikir yang sebenarnya dan Kaifiatnya menurut Al-Quran ?.


Makna
Sebelum menjelaskan makna asalnya Bahasa Arab, perlu dikemukakan yang sudah ditrasfer ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Zikir mempunyai 2 arti. Pertama, Puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang. Kedua, doa atau puji-pujian berlagu (yang dilakukan pada peringatan Maulid Nabi). Berzikir, berarti mengingat dan menyebut berulang-ulang nama dan sifat keagungan Allah. Jadi, yang ditransfer, ke Indonesia mirip yang dipahami masyarakat, yakni hanya puji-pujian kepada Allah atau Rasul. Bagaimana dari akar katanya yang asli?

Menurut Ibnu Faris, Zikir (Dzikir) berakar dari 3 huruf : Dzal, kaf dan ra (Dzakara), mempunyai beberapa makna. Pertama Mudzkir yaitu yang melahirkan laki-laki. Kedua, Midzkar, yaitu tanah yang subur. Ketiga, Dzakartu yaitu aku mengingat sesuatu, lalu kulafazkan dengan lisan. Keempat, Dzikru berarti ketinggian dan kemuliaan. Sehingga Dzakir dikiaskan kepada orang yang bagus ingatannya. (Lihat Al-Maqayis Lughat, hal.388).

Melihat pengertian Kamus Bahasa Indonesia, terasa bagi kita seolah-olah inilah pendukung menyebabkan sebagian masyarakat, memahaman secara keliru dan sempit, bahwa Zikir itu hanya memuji Allah dan Rasul. Tapi, ketika kita kembali ke asalnya Kamus standar dari Bahasa, ternyata luas sekali, yakni dapat dipahami 4 pengertian, dan kita dapat memahami secara komprhensip. Dan hanya satu dari empat yang berpengertian mengingat, lalu diucapkan dengan lisan, sifat-sifat Allah.


Dalam Al-Quran:
Metode mendalami Islam, dimulai dengan Al-Quran, baru Hadis dan terakhir Al-Ra’yu (Pendapat ulama), sesuai Hadis Mu’az dengan Nabi. Dalam Al-Quran, hampir 3OO ayat yang menyebut Zikir, dalam berbagai Tasrif. Namun yang menyebut langsung secara eksplisit dengan istilah “ Zikir ” ada 61 ayat. Dan dari 61 ayat, itu, hanya 6 ayat yang akan dikemukakan, untuk menggambarkan adanya pengertian yang bervariasi dan perhitungan banyaknya halaman.

(1) “Ala bidzikrillah tathmainnul qulub ” ~ Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram (QS.13 : 28).
(2) “Inna nahnu nazzalna al- dzikir wainna lahu lahafizhun” ~ Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar, memeliharanya (QS.15:9).
(3) “Fas’ alu ahla al-dzikir in kuntum la ta’lamun” (Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berpengetahuan (Ulama) jika kamu tidak mengetahuinya ) (QS.16:42).
(4) “Idza nudiya li al- shalati min yaum al jum’ati fas’au ila dzikir Allah” ~ Jika dipanggil mengerjakan salat pada hari Jumat, maka segeralah pergi menunaikan salat Jumat (QS. 62:9).
(5) “Waman a’radha ‘an dzikriy fainna lahu ma’isyatan dhanka” ~ Barangsiapa yang berpaling dari peringatanku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (QS.2O:124).
(6) “Wa aqim al-shalata li zikriy ” ~ Maka dirikanlah salat untuk mengingatKu (QS.2O:14).

Berdasarkan 6 dari 61 ayat yang menyebut kata “ Zikir”, dapatlah dipahami, bahwa ayat pertama, Zikir berarti menyebut Allah. Ayat kedua, Zikir berarti Al-Quran Karim. Ayat ketiga, Zikir berarti ulama tempat bertanya. Ayat keempat, Zikir berarti menunaikan salat Jumat. Ayat kelima, Zikir bearti peringatan (agama). Dan ayat keenam, Zikir berarti mengerjakan salat, sesuai ajaran Islam, yaitu bukan model kaum musyrikin dan munafik. Salat .model Islam itu, didalamnya ada bacaan Fatiha, bacaan tasbih, disyaratkan ikhlas dan khusyu’ serta dilakukan pada waktu fadilah. (Tafsir M. Al-Bayan juz VII : 5).

Dari gambaran 6 ayat tersebut, hanya satu ayat dari padanya dalam arti popular yaitu membaca tasbih, tahlil, dan puji-pujian. Berarti, Zikir kepada Allah sangat luas. Lebih banyak berarti salat, mempelajari Al-Quran, mempelajari agama dan konsultasi dengan ulama. Namun, semua kegiatan apa saja yang dilakukan, harus dalam rangka untuk meningkatkan iman, ibadah dan akhlak, terutama mengurus kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.


Kaifiat Zikir:
Jika yang kita pahami berzikir puji-pujian kepada Allah, seperti yang selama ini dilakukan masyarakat, (sebagian kelompok), seperti yang sering ditayankan di TV, yaitu beramai-ramai, bersuara keras, menangis, seperti bersandiwara, itupun tidak sesuai dengan kaifiat yang diajarkan Al-Quran. Kita lihat ayatnya, diantaranya.

Pertama : “ Udzkurullah dzikran katsira, wasabbihuhu bukratan wa ashila” ~ Berzikirlah dengan menyebut Allah sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepadaNya, diwaktu pagi dan petang . (QS. al-Ahzab 41-42).

Kedua: Ayat diatas diikuti kaifiat “ Ud’u rabbakum tadharru’an wa khufyah, innahu layuhibbu al- mu’tadin “. ~ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri, dan suara lembut. Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. al-A’raf 55).

Ketiga: dilanjutkan kaifiat pelaksanaan “ Wadzkur rabbaka fi nafsika tadharru’an wakhiyfah, wa duna al- jahri, min al-qawl bi al-ghuduwwi wa al – ashal, wala takun min al-ghafilin” ~ Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendahkan diri, dan rasa takut, serta dan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang–orang lalai (QS.al- A’raf 2O5).

Dari tiga ayat tersebut, niscaya terlihat dengan sangat jelas, adanya kontraversial dengan kaifiat yang selama ini dilakukan. sebagian muslim. Yaitu secara berjamaah bersuara keras, kadang-kadang seperti orang kesurupan dalam berzikir kepada Allah.

Namun, untuk lebih meyakinkan, kita kutip salah satu pendapat ulama Tafsir mengenai ayat diatas “Bahwa berdoa kepada Allah itu, hendaknya suara yang sangat pelan, merendah, merasakan betapa dekatnya hambaq dengan Tuhan. Dan merasakan banyaknya kekurangan manusia, serta meyakini bahwa Tuhan itu tidak tuli, dan tidak jauh dari tempat kita berdoa (berzikir). Banyak dikemukakan dalam hadis, bahwa kita takut dan merendah, agar lepas dari siksaanNya dan sangat mengharap rahmatNya, sesuai yang diajarkan Rasul 
(Lihat Al-Shabuni dalam Shafwat Juz I : 174 ).

Untuk lebih meyakinkan lagi, kaifiat yang diabadikan Al-Quran melalui Nabi Zakaria, artinya “(Yang dibacakan ini), adalah tentang penjelasan rahmat Allah kepada hambanya, Zakaria, yaitu tatkala berdoa kepadaNya dengan suara sangat lembut (QS.Maryam 2-3).

Berdasarkan keterangan ayat yang sangat jelas, maka kaifiat zikir yang dilakukan sebagian masyarakat yang berzikir berjamaah dengan suara keras, tidak sesuai sumber Islam pertama, Al-Quran.

Juga tidak sesuai metodologi Islam (Hadis Muaz bin Jabal). Namun, hal ini dikecualikan Zikir dalam arti membaca Al-Quran MTQ, menjadi Imam salat, mengucapkan Talbiyah haji dan bertakbir Takbir lebaran. Memang tujuannya, lain, ada demonsttratif mempelajari makhraj, supaya makmum dengar, dan harti kegembiraanm lrebaran.

Akhirnya, dari uraian berdasarkan Al-Quran dan praktek Rasul, maka Zikir berarti salat, membaca Al-Quran dan mempelajari Agama. Adapun Zikir dalam arti memuji Tuhan dan bertaubat,bukan dalam bentuk demonstrative. Kaifiatnya bersuara sangat pelan, ketakutan dan tadharru’.Bukan seperti lebaran dan haji.


Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum, Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh.

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!




Posting Komentar

0 Komentar