TAJALI DZAT ITU TERBAGI ATAS 7 MARTABAT ALAM
1. MARTABAT AHADIYAT
Martabat ini dinamakan pula dengan Martabat “Kunh Dzat” yaitu keadaan Zat semata-mata. Dari sini nyata apa yang dinamakan Sifat dan Asma tidak ada. Martabat lain yang lebih atas dari pada ini, semua martabat yang berikut ini, bersumber dari Martabat ini.
2. MARTABAT WAHDAT
Martabat ini adalah tingkatan Sifat secara keseluruhan (Ijmal) dengan segala nama, disinilah hakikat Nabi kita Muhammad SAW, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi, Hawiyatul Alam atau Hakikat Alam. Segala apapun adalah dari pada Nur Nabi kita Muhammad SAW, sebagaimana sabda beliau.:
ﺍﻮﻞ ﻤﺎﺧﻟﻖﺍﷲ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻴﺎ ﺠﺎﺒﺮﻮﺧﻟﻖ ﻤﻧﻪ ﺍﻷ ﺷﻴﺎﺀ ﻮﺍﻧﺖ ﻤﻦ ﺗﻟﻚ ﺍﻵ ﺷﻴﺎﺀ
“AWWALUMA KHALAQALLAHU NURA NABIYYIKA YA JABIRU WA KHALAQA MINHUL-ASYYA’A WA ANTA MIN TILKAL ASYA’I”.
1. MARTABAT AHADIYAT
Martabat ini dinamakan pula dengan Martabat “Kunh Dzat” yaitu keadaan Zat semata-mata. Dari sini nyata apa yang dinamakan Sifat dan Asma tidak ada. Martabat lain yang lebih atas dari pada ini, semua martabat yang berikut ini, bersumber dari Martabat ini.
2. MARTABAT WAHDAT
Martabat ini adalah tingkatan Sifat secara keseluruhan (Ijmal) dengan segala nama, disinilah hakikat Nabi kita Muhammad SAW, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi, Hawiyatul Alam atau Hakikat Alam. Segala apapun adalah dari pada Nur Nabi kita Muhammad SAW, sebagaimana sabda beliau.:
ﺍﻮﻞ ﻤﺎﺧﻟﻖﺍﷲ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻴﺎ ﺠﺎﺒﺮﻮﺧﻟﻖ ﻤﻧﻪ ﺍﻷ ﺷﻴﺎﺀ ﻮﺍﻧﺖ ﻤﻦ ﺗﻟﻚ ﺍﻵ ﺷﻴﺎﺀ
“AWWALUMA KHALAQALLAHU NURA NABIYYIKA YA JABIRU WA KHALAQA MINHUL-ASYYA’A WA ANTA MIN TILKAL ASYA’I”.
Artinya : Mula-mula yang Allah jadikan adalah Nur Nabimu ya, Jabir. Dan Allah jadikan dari pada Nur itu, segala sesuatu ini, dan engkau hai, Jabir termasuk pada sesuatu itu.
Pada Hadits yang lain Nabi bersabda :
ﺍﻧﺎﻤﻦ ﺍﷲ ﻮﺍﻟﻤﻮ ﻤﻧﻮﻦ ﻤﻧﻲ
“ANA MINALLAHI WAL MU’MINUNA MINNI”.
Pada Hadits yang lain Nabi bersabda :
ﺍﻧﺎﻤﻦ ﺍﷲ ﻮﺍﻟﻤﻮ ﻤﻧﻮﻦ ﻤﻧﻲ
“ANA MINALLAHI WAL MU’MINUNA MINNI”.
Artinya : Aku adalah dari pada Allah, dan orang-orang mukmin adalah daripadaku.
ﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﺮﻮﺡ ﺍﻟﻧﺑﻲ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ ﻤﻦ ﺯﺍﺗﻪ ﻮﺧﻟﻖ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺒﺎﺀ ﺴﺮﻩ ﻤﻦ ﻧﻮﺮﻤﺤﻤﺪ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ
“INNALLAHA KHALAQA RUHANNABIYYI SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAMA MIN DZATTIHI WA KHALAQAL ‘ALAMA BIASRIHI MIN NURI MUHAMMADIN SAW”.
ﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﺮﻮﺡ ﺍﻟﻧﺑﻲ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ ﻤﻦ ﺯﺍﺗﻪ ﻮﺧﻟﻖ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺒﺎﺀ ﺴﺮﻩ ﻤﻦ ﻧﻮﺮﻤﺤﻤﺪ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ
“INNALLAHA KHALAQA RUHANNABIYYI SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAMA MIN DZATTIHI WA KHALAQAL ‘ALAMA BIASRIHI MIN NURI MUHAMMADIN SAW”.
Artinya : Sesungguhnya Allah ciptakan Roh Nabi Muhammad dari pada Dzat-Nya, lalu Allah ciptakan alam dengan rahasiah-Nya daripada Nur Muhammad SAW.
ﻴﺎﺠﺎﺒﺮﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﻗﺒﻞﺍﻵﺷﻴﺎﺀ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻤﻥ ﻧﻮﺮﻩ
“YA JABIRU INNALLAHA KHALAQA QABLAL ASYYA’I NURA NABIYYIKA MIN NURIHI”.
Artinya :Ya Jabir Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu adalah Nur Nabimu daripada Nur-Nya.
ﻠﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻛﻢ ﻤﻥﺍﷲ ﻧﻮﺮ
“LAQAD JA’AKUM MINALLAHI NURUN”.
ﻴﺎﺠﺎﺒﺮﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﻗﺒﻞﺍﻵﺷﻴﺎﺀ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻤﻥ ﻧﻮﺮﻩ
“YA JABIRU INNALLAHA KHALAQA QABLAL ASYYA’I NURA NABIYYIKA MIN NURIHI”.
Artinya :Ya Jabir Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu adalah Nur Nabimu daripada Nur-Nya.
ﻠﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻛﻢ ﻤﻥﺍﷲ ﻧﻮﺮ
“LAQAD JA’AKUM MINALLAHI NURUN”.
Artinya : Sungguh telah Allah datangkan untuk kamu Nur daripada Allah yaitu Nur Muhammad SAW.
ﻴﺎ ﺍﻴﻬﺎ ﺍﻠﻧﺎﺲ ﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻜﻢ ﺍﻠﺤﻖ ﻤﻦ ﺮﺒﻜﻢ
“YA AYYUHANNASU QOD JA ‘AKUMUL HAQQU MIN RABBIKUM”
ﻴﺎ ﺍﻴﻬﺎ ﺍﻠﻧﺎﺲ ﻗﺪ ﺠﺎﺀ ﻜﻢ ﺍﻠﺤﻖ ﻤﻦ ﺮﺒﻜﻢ
“YA AYYUHANNASU QOD JA ‘AKUMUL HAQQU MIN RABBIKUM”
Artinya : Wahai manusia, telah datang Al-Haq dari pada Tuhan-Mu yaitu Nabi kita Muhammad SAW.
3. MARTABAT WAHIDIYAT
Martabat ini nyata pula Sifat dan Asma itu, dalam arti Munfashil (Terurai). Pada Martabat Wahdat nyata Sifat dan Asma dalam arti Ijmal, maka pada martabat ini adalah dalam arti Munfashil. Dari sini pula lahirnya “Kalam Qadim”, yaitu “ANNAHU ANALLAHU,, Artinya : Aku-lah Allah.
ﺒﻲﻜﺎﻦ ﻣﺎﻜﺎﻦ ﺒﻲ ﻴﻜﻮﻦ ﻤﺎﻴﻜﻮﻦ ﻓﻮﺠﻮﺪﺍﻠﻌﻮﺍﻠﻢ ﺒﻲ
“BI KANA MA KANA, BI YAKUNU MA YAKUNU, FAWUJUDUL ’AWALIMI BI”.
3. MARTABAT WAHIDIYAT
Martabat ini nyata pula Sifat dan Asma itu, dalam arti Munfashil (Terurai). Pada Martabat Wahdat nyata Sifat dan Asma dalam arti Ijmal, maka pada martabat ini adalah dalam arti Munfashil. Dari sini pula lahirnya “Kalam Qadim”, yaitu “ANNAHU ANALLAHU,, Artinya : Aku-lah Allah.
ﺒﻲﻜﺎﻦ ﻣﺎﻜﺎﻦ ﺒﻲ ﻴﻜﻮﻦ ﻤﺎﻴﻜﻮﻦ ﻓﻮﺠﻮﺪﺍﻠﻌﻮﺍﻠﻢ ﺒﻲ
“BI KANA MA KANA, BI YAKUNU MA YAKUNU, FAWUJUDUL ’AWALIMI BI”.
Artinya : “Dengan Aku ada, apa saja yang telah ada, dan dengan Aku akan ada apa saja yang akan ada. Maka adanya semua ‘alam ini adalah denganKu”.
ﻜـﻧﺖ ﻜـﻧﺰا ﻤﺧـﻔـﻴﺎ ﻓﺎﺀ ﺤـﺒـﺒـﺖ اﻦ اﻋـﺮﻒ ﻓـﺧـﻠﻘﺖ اﻠﺧﻠﻕ ﻠﻴـﻌﺮﻓـﻧﻲ
“KUNTU KANZAN MAKHFIYYAN, FA AHBABTUAN ’URAFA FA KHALAQTUL KHALAQA LIYA’RIFANI”.
ﻜـﻧﺖ ﻜـﻧﺰا ﻤﺧـﻔـﻴﺎ ﻓﺎﺀ ﺤـﺒـﺒـﺖ اﻦ اﻋـﺮﻒ ﻓـﺧـﻠﻘﺖ اﻠﺧﻠﻕ ﻠﻴـﻌﺮﻓـﻧﻲ
“KUNTU KANZAN MAKHFIYYAN, FA AHBABTUAN ’URAFA FA KHALAQTUL KHALAQA LIYA’RIFANI”.
Artinya : “Aku adalah Rahasiah (Perbendaharaan) Yang tersembunyi. Lalu Aku berkeinginan agar dikenal, kemudian aku Ciptakan alam serta makhluk (Muhammad) tidak lain agar mereka bisa Ma’rifat (mengenal) kepada Aku”.
AL-INSANU SIRRI WANA SIRRUHUU
Artinya : “Manusia adalah gudangnya rahasiahku dan AKU adalah gudang rahasiahnya”. Dan tak akan memuat Dhat-KU (Zat Allah) Bumi dan langitku kecuali hati hamba-hambaku yang mukmin yang Lunak (ikhlas), dan tenang (Sabar lagi Mutmainah)”.
ﺍ ﻟﻒ ﺍﻟﺬ ﺍﺖ ﺳﺎ ﺮﻯ ﺳﺮﻫﺎ ﻓﻰ ﮐﻞ ﺬﺮﺓ ﻮﺤﺎﺀ ﺤﻴﺎﺓ ﺍﻠﻌﺎﻠﻢ ﺍﻠﺬﻯ ﻤﻧﻪ ﻤﺒﺪﺍﺀ ﻩ ﻮﻤﻗﺮﻩ
“ALIFU DZATI SAARI’UN SIRRUHAA FI KULLA DZARATIN, HA ‘UN HAYATUL’ ALAMI ALLADZI MINHUMMABDA’UHU WA MAQARRUHU”
AL-INSANU SIRRI WANA SIRRUHUU
Artinya : “Manusia adalah gudangnya rahasiahku dan AKU adalah gudang rahasiahnya”. Dan tak akan memuat Dhat-KU (Zat Allah) Bumi dan langitku kecuali hati hamba-hambaku yang mukmin yang Lunak (ikhlas), dan tenang (Sabar lagi Mutmainah)”.
ﺍ ﻟﻒ ﺍﻟﺬ ﺍﺖ ﺳﺎ ﺮﻯ ﺳﺮﻫﺎ ﻓﻰ ﮐﻞ ﺬﺮﺓ ﻮﺤﺎﺀ ﺤﻴﺎﺓ ﺍﻠﻌﺎﻠﻢ ﺍﻠﺬﻯ ﻤﻧﻪ ﻤﺒﺪﺍﺀ ﻩ ﻮﻤﻗﺮﻩ
“ALIFU DZATI SAARI’UN SIRRUHAA FI KULLA DZARATIN, HA ‘UN HAYATUL’ ALAMI ALLADZI MINHUMMABDA’UHU WA MAQARRUHU”
Artinya : Alif Dzat adalah Mesra rahasiahnya pada segala zarrah, dan Ha adalah Hayatul Alam (Kehidupan alam semesta), dari situlah permulaannya dan menetapnya.
Alif dan Ha yang dimaksud ini di I’tibarkan dari huruf-huruf yang tertera pada nama Nabi kita Muhammad SAW dengan nama yang lebih dikenal dilangit dengan sebutan “Ahmad”.
4. ALAM ARWAH
Pada tingkatan inilah terhimpun dan terhampar luas segala roh yang tidak bersusun-susunan.
5. ALAM MITSAL
Pada tingkatan alam ini ada rupa, tetapi tidak bisa dibagi-bagi karena amat halusnya.
6. ALAM ADJSAM
Pada tingkatan ini semuanya berupa dan berbentuk dan bisa dibagi-bagi (terbagi-bagi)
7. ALAM INSAN KAMIL
Pada ala ini terhimpun menurut pengertian dari yang Pertama sampai dengan Alam Adjsam.
ADAPUN PENJELASAN MARTABAT 7 ALAM MENURUT KITAB CENTINI
Bahwa martabat 7 (Tujuh) Alam didalam kitab centini, yang diuraikan secara detail oleh Syekh Among Raga atau Raden Jayeng Resmi putra Sunan Giri Prapen. Yang isinya sebagai berikut :
Martabat Tujuh Alam dibagi menjadi 2 bagian :
Adalah wujud yang bersifat mutlak artinya tidak jelas, samara-samar Sifat dan AsmaNya. Oleh karena itu disebut “Kun Ijati” artinya Maha tinggi, tidak terjangkau oleh akal dan tidak ada yang mengetahuinya. Segala akal akan terhenti jika hendak mengenal Allah.
2. ALAM WAHDAT
Yaitu permulaan Takyun, yakni nyata yang pertama, karena Allah menyatakan keadaannya dan ilmu-Nya. Itulah yang menjadi nyata keadaannya dan setengah sifat-sifatNya maka disebut pula “Suku Dzat” Hakikat Muhammadiyah yang disebut Suku Dzat yaitu tempat kumpulnya Dzat, Ilmu dan Segala Sifat Dzat.
3. ALAM WAHIDIAT
Yaitu Takyun Sani sebab pada martabat inilah Allah menyatakan Diri-Nya. Semua makhluk dan sifat ilmu sudah terpisah-pisah. Hal ini disebut Al-Akyan Sabitah, itu adalah hakikat manusia, maksudnya karena telah nyata keadaanNya Bumi, Langit lapis tujuh dan binatang sudah berujud dalam ilmu Allah artinya bahwa manusia itu lupa akan adanya dalam batas Tuhan. Oleh karena itu sekalipun Ia tidak tahu ibunya, namun Allah mengetahuinya. Manusia itu disebut Insan Hakiki karena tidak terpisah dengan Dzat Allah maka keberadaannya itu berwujud Sukma, tidak menyimpang dariNya dan tetap dalam ilmu Tuhan sepanjang masa. Ia nyata keadaan dan Sifat-Nya. Insan Hakiki adalah sebutan yang lebih nyata, karena ia adalah Jati kenyataan Tuhan.
4. ALAM ARWAH
Adalah kenyataan Tuhan, sebab Tuhan melahirkan yang ada dalam Ilmu-Nya, keadaanNya itu dinyatakan dalam Alam Arwah. Segala Sifat dan AsmaNya itu nyata adanya dan bahkan lebih nyata, karena Alam Arwah adalah perwujudan Tuhan. Alam Arwah disebut juga Nur Wilayah disebut demikian karena lahir dari Aibnya ibarat bayi lahir dari perut sang ibu, lahir dengan segala wajahnya.
5. ALAM MISAL
Disebut Alam Misal karena memang missal yang tetap ilmu-Nya dengan nyata-nyata keadaanNya tetapi sifat-Nya jelas dalam Alam Ajsam.
6. ALAM AJSAM
Yaitu kenyataan Tuhan, karena Tuhan menyatakan keadaanNya, kejelasan Alam Ajsam, membuat Tuhan dalam keadaan ada, adanya Alam Ajsam maka adapula Tuhan lebih nyata dengan adanya jisim. Itulah cermin kenyataan dari yang nyata.
7. ALAM INSAN KAMIL
Yaitu tempat ketujuh martabat. Yang paling tinggi adalah tiga martabat batin yaitu La’takyun, Suku Dzat dan Al-Akyan Sabitah, sedangkan tiga martabat lahir yaitu Alam Arwah, Alam Misal, dan Alam Ajsam. Alam Ajsam artinya adalah tebal tipisnya keadaan yang menerima bagian. Sifatnya Jauhar Awal, Af’al dan Mukadas. Disebut Insan Kamil karena keadaannya tidak terpisahkan dengan Tuhan Nyata adanya, kuasa dan SifatNya maha tinggi, nyata dalam insan itu. Disebut Insan Bashari karena tergolong jisim yang tebal tipisnya berubah-rubah menurut keadaan unsure-unsur asalnya. Adapun unsure-unsurnya itu ialah Angin, Api, Air dan Debu/Tanah, keempat unsur yang tidak menyatu itu berbeda-beda pula tak ada yang sama.
Alif dan Ha yang dimaksud ini di I’tibarkan dari huruf-huruf yang tertera pada nama Nabi kita Muhammad SAW dengan nama yang lebih dikenal dilangit dengan sebutan “Ahmad”.
4. ALAM ARWAH
Pada tingkatan inilah terhimpun dan terhampar luas segala roh yang tidak bersusun-susunan.
5. ALAM MITSAL
Pada tingkatan alam ini ada rupa, tetapi tidak bisa dibagi-bagi karena amat halusnya.
6. ALAM ADJSAM
Pada tingkatan ini semuanya berupa dan berbentuk dan bisa dibagi-bagi (terbagi-bagi)
7. ALAM INSAN KAMIL
Pada ala ini terhimpun menurut pengertian dari yang Pertama sampai dengan Alam Adjsam.
ADAPUN PENJELASAN MARTABAT 7 ALAM MENURUT KITAB CENTINI
Bahwa martabat 7 (Tujuh) Alam didalam kitab centini, yang diuraikan secara detail oleh Syekh Among Raga atau Raden Jayeng Resmi putra Sunan Giri Prapen. Yang isinya sebagai berikut :
Martabat Tujuh Alam dibagi menjadi 2 bagian :
- Pertama 3 (tiga) Martabat Batin yang mencakup : Alam Ahadiat, Alam Wahdat dan Alam Wahidiat.
- Kedua 4 (empat) Martabat Lahir yang mencakup : Alam Arwah, Alam Misal, Alam Ajsam dan Alam Insan Kamil.
Adalah wujud yang bersifat mutlak artinya tidak jelas, samara-samar Sifat dan AsmaNya. Oleh karena itu disebut “Kun Ijati” artinya Maha tinggi, tidak terjangkau oleh akal dan tidak ada yang mengetahuinya. Segala akal akan terhenti jika hendak mengenal Allah.
2. ALAM WAHDAT
Yaitu permulaan Takyun, yakni nyata yang pertama, karena Allah menyatakan keadaannya dan ilmu-Nya. Itulah yang menjadi nyata keadaannya dan setengah sifat-sifatNya maka disebut pula “Suku Dzat” Hakikat Muhammadiyah yang disebut Suku Dzat yaitu tempat kumpulnya Dzat, Ilmu dan Segala Sifat Dzat.
3. ALAM WAHIDIAT
Yaitu Takyun Sani sebab pada martabat inilah Allah menyatakan Diri-Nya. Semua makhluk dan sifat ilmu sudah terpisah-pisah. Hal ini disebut Al-Akyan Sabitah, itu adalah hakikat manusia, maksudnya karena telah nyata keadaanNya Bumi, Langit lapis tujuh dan binatang sudah berujud dalam ilmu Allah artinya bahwa manusia itu lupa akan adanya dalam batas Tuhan. Oleh karena itu sekalipun Ia tidak tahu ibunya, namun Allah mengetahuinya. Manusia itu disebut Insan Hakiki karena tidak terpisah dengan Dzat Allah maka keberadaannya itu berwujud Sukma, tidak menyimpang dariNya dan tetap dalam ilmu Tuhan sepanjang masa. Ia nyata keadaan dan Sifat-Nya. Insan Hakiki adalah sebutan yang lebih nyata, karena ia adalah Jati kenyataan Tuhan.
4. ALAM ARWAH
Adalah kenyataan Tuhan, sebab Tuhan melahirkan yang ada dalam Ilmu-Nya, keadaanNya itu dinyatakan dalam Alam Arwah. Segala Sifat dan AsmaNya itu nyata adanya dan bahkan lebih nyata, karena Alam Arwah adalah perwujudan Tuhan. Alam Arwah disebut juga Nur Wilayah disebut demikian karena lahir dari Aibnya ibarat bayi lahir dari perut sang ibu, lahir dengan segala wajahnya.
5. ALAM MISAL
Disebut Alam Misal karena memang missal yang tetap ilmu-Nya dengan nyata-nyata keadaanNya tetapi sifat-Nya jelas dalam Alam Ajsam.
6. ALAM AJSAM
Yaitu kenyataan Tuhan, karena Tuhan menyatakan keadaanNya, kejelasan Alam Ajsam, membuat Tuhan dalam keadaan ada, adanya Alam Ajsam maka adapula Tuhan lebih nyata dengan adanya jisim. Itulah cermin kenyataan dari yang nyata.
7. ALAM INSAN KAMIL
Yaitu tempat ketujuh martabat. Yang paling tinggi adalah tiga martabat batin yaitu La’takyun, Suku Dzat dan Al-Akyan Sabitah, sedangkan tiga martabat lahir yaitu Alam Arwah, Alam Misal, dan Alam Ajsam. Alam Ajsam artinya adalah tebal tipisnya keadaan yang menerima bagian. Sifatnya Jauhar Awal, Af’al dan Mukadas. Disebut Insan Kamil karena keadaannya tidak terpisahkan dengan Tuhan Nyata adanya, kuasa dan SifatNya maha tinggi, nyata dalam insan itu. Disebut Insan Bashari karena tergolong jisim yang tebal tipisnya berubah-rubah menurut keadaan unsure-unsur asalnya. Adapun unsure-unsurnya itu ialah Angin, Api, Air dan Debu/Tanah, keempat unsur yang tidak menyatu itu berbeda-beda pula tak ada yang sama.
Unsur tanah menunjukan watak rendah, unsur Air menunjukan watak dingin dan rendah, unsur Angin menunjukan watak panas dan dingin, unsur Api menunjukan watak panas. Semua watak itu berkumpul pada semua manusia supaya mereka ada yang merasakan dingin dan panas, ada yang merasakan nikmat (kaya) dan sengsara (miskin), serta ada yang merasakan rendah dan tingginya derajat masing-masing, itulah watak-watak yang dimiliki manusia.
Sudah menjadi kewajiban orang-orang mukmin agar bercermin kepada apa yang telah tersebut itu, karena sesungguhnya Insan itu adalah cermin orang-orang mukmin yang nyata-nyata akan adanya Tuhan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa melihat segala sesuatu, namun jika tidak memandang Tuhan, maka batallah penglihatannya itu, sia-sialah penglihatannya itu dan tidak mendapat hasil”.
Seperti orang yang mengantuk, ia melihat wayang dalang itu tampak pada hilanglah suara dalang itu padahal nyata-nyata bahwa dalang berkata.
Walaupun tampak dalam kaca namun wujud hak itu adalah nyata. Demikian pula dengan “Suku Dzat”, Al-Akyan Sabitah, Alam Arwah, Alam Ajsam dan Sifat-sifat Dzat sekaligus. Hendaknya dapat menerima semua cermin, sebab itu merupakan jalan menuju kesempurnaan. Para wali juga diwajibkan melaksanakan sabda Tuhan, yakni wajib bercermin pada kaca. Adapun martabat dari Alam Jabarut karena banyak orang yang bingung dalam hal banyaknya Hak, maka dinyatakan bahwa semua milik Tuhan itu adalah menjadi warna martabat.
Gambar Skemanya :
0 Komentar