Penjelasan Martabat 7 (Tujuh)



1. Martabat Ahadiyat
yaitu martabat la Ta'yun dan ithlaq. Ialah tahap yang belum mengenal individuasi, inilah martabat yang tersembunyi (kosong), namanya Dzat Mutlak. Hakikat ketuhanan. Tak seorangpun dapat meraih-Nya, bahkan nabi-nabi dan wali-walipun tidak. Para malaikat yang berdiri dekat Allah tidak dapat meraih hakikat Yang Maha Luhur, tak seorangpun mengetahui atau merasakan hakikat-Nya. Sifat-sifat dan nama-nama belum ada, sebuah manifestasi yang jelaspun belum ada. Hanya Dialah yang ada dan nama-Nya ialah " wujud makal" Dzat Yang langgeng, hakikat segala hakikat. AdaNya ialah kesepian atau kekosongan (kosong tapi ADA). Siapakah gerangan yang tahu akan hal keadaan ini?

Ianya Martabat Tertinggi Ketuhanan. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang tidak bisa disebut dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi manusia. Dalam Islam sering disebut dengan keadaan Kunhi Dzat atau Dzat semata. Para sufi Jawa menyebutkan dengan istilah Aku. Pada keadaan ini, tidak ada sesuatu selain Dzat Tuhan. Kosong hampa. Sunyi-senyap. Tidak ada sifat, nama, atau perbuatan. Maka Ibn ‘Arabi pernah melontarkan gagasan kesatuan semua agama. Hal ini bisa diterima jika dipandang dalam keadaan ini, yakni keadaan Aku semata.


“Tiada satupun yang menyerupai-Nya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS, Asy Syuura 42:11).

Al-Hafizh al-Bayhaqi dalam karyanya berjudul al-Asma’ Wa ash-Shifat, dengan sanad yang baik (jayyid), -sebagaimana penilaian al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari-, meriwayatkan dari al-Imam Malik dari jalur Abdullah ibn Wahb, bahwa ia -Abdullah ibn Wahb-, berkata:

“Suatu ketika kami berada di majelis al-Imam Malik, tiba-tiba seseorang datang menghadap al-Imam, seraya berkata: Wahai Abu Abdillah, ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa, bagaimanakah Istawa Allah?. Abdullah ibn Wahab berkata: Ketika al-Imam Malik mendengar perkataan orang tersebut maka beliau menundukan kepala dengan badan bergetar dengan mengeluarkan keringat. Lalu beliau mengangkat kepala menjawab perkataan orang itu: “ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa sebagaimana Dia mensifati diri-Nya sendiri, tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana, karena "bagaimana" (sifat benda) tidak ada bagi-Nya. Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”. Lalu kemudian orang tersebut dikeluarkan dari majelis al-Imam Malik (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h. 408)".

hakikat Allah adalah Wujudnya, dan wujudnya sebenarnya adalah Dzatnya. Wujud-Nya Mutlak (tanzih) tidak mempunyai bentuk, rupa, had, awal dan akhir. Mestipun begitu Dia menzahirkan (tasybih) dalam pelbagai bentuk dan rupa, walaupun begitu penzahiran ini berlaku tanpa perubahan dalam Dzatnya.

Penzahiran ini dapat dianalogikan begini: (ini cuma untuk memudahkan pemahaman tetapi keadaan sebenarnya bukanlah begitu), di malam bulan purnama yang terang, letakkan pelbagai bekas yang mengisi air di kawasan nan lapang, maka akan didapati bayangan bulan nan satu kelihatan dalam pelbagai bekas air tersebut, dan bayangan bulan dalam bekas air itu tidak serupa antara satu dengan yang lain. Bayang-bayang bulan yang terdapat di dalam bekas air yang pelbagai itu, adalah juga pelbagai dari segi bentuk rupa dan saiz. Walaupun begitu banyak bayangan bulan, tapi bulan nan satu tetap tidak ada perubahan dari segi zatnya, bulan tetap seperti bulan yang asalnya (dahulunya). Dia sekarang tetapi seperti Dia yang dahulunya, dan kebalikannya Dia dahulunya tetap seperti Dia yang sekarang. Tiada satu pun yang besertanya, dan tidak satupun yang menyerupainya.


2. Martabat Wahdat
Dalam Martabat Ahadiyat, Tuhan adalah Dzat yang Sifat-Nya Suci yang berdiri sendiri. Tak ada yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut. Inilah proses awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan. Bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri. Logis, karena tidak ada bahan lain selain Diri-Nya. Tidak tersisa ruang sedikit pun untuk selain Diri-Nya,maka otamatis Tuhan mengambil bahan dari Diri-Nya sendiri. Sebenarnya pencipaan ini lebih bersifat maknawi, Dia tidak pernah membuat sesuatu yang baru, namun hanya menampakkan Diri dengan penampakan lain atau tajalli.Tuhan menurunkan kualitas Diri-Nya, dari Dzat Mutlak yang teramat Suci menjadi dua sebagaimana dibayangkan akal. Tidak seperti itu sama sekali. Penurunan ini hanya sekedar ungkapan yang bermakna simbolis. Sama halnya dengan air laut yang menampakan diri dengan penampakan lain berupa gelombang. Sebenarnya tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduannya adalah satu juga.

Inilah martabat Tuhan yang kedua yakni Martabat Wahdat. Dia sudah melakukan proses pencipaan pertama. Ciptaan pertama-Nya ini berupa Nur Muhammad atau Cahaya Muhammad. Ranggawarsita menyebutnya sebagai Syajaratul Yakin atau Pohon Keyakinan. Ibnu ‘Arabi menjabarkannya sebagai Asyajaratul Kaun atau Pohon Kejadian. Cahaya ini memiliki nama agar mudah dikenali. Orang-orang Islam menyebut-Nya dengan sebutan Allah. Di berfirman : “Allah adalah Cahaya bagi langit dan bumi.” Nur Muhammad bukan Tuhan tapi juga bukan makhluk. Ia ada di tengah-tengah antara keduannya. Namun dalam Martabat Wahidiyat ini, Nur MUhammad lebih bersifat ketuhanan. Allah yang di sembah orang-orang hakikatnya adalah Tuhan yang sudah menurunkan Diri, bukan Tuhan Sejati. Tuhan Sejati itu adalah Dzat Mutlak atau Aku.

Martabat ini adalah tingkatan Sifat secara keseluruhan (Ijmal) dengan segala nama, disinilah hakikat Nabi kita Muhammad SAW, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi, Hawiyatul Alam atau Hakikat Alam. Segala apapun adalah dari pada Nur Nabi kita Muhammad SAW, sebagaimana sabda beliau :


“Mula-mula yang Allah jadikan adalah Nur Nabimu ya, Jabir. Dan Allah jadikan dari pada Nur itu, segala sesuatu ini, dan engkau hai, Jabir termasuk daripada sesuatu itu.”

Dalam Hadits lain Rosulullah SAW bersabda :



“Aku adalah daripada Allah, dan Orang Mu’min adalah daripada ku .”


“Sesungguhnya Allah ciptakan Ruh Nabi Muhammad dari pada Dzat-Nya, lalu Allah ciptakan alam dengan rahasiah-Nya daripada Nur Muhammad SAW.”

Adapun Alam Wahdat (Jabarut) adalah di dalam martabat Tain Awal artinya pernyataan yang pertama atau kecintaan yang pertama,


3. Martabat Wahidiyat
Penampakan atau tajalli Tuhan berikut ini adalah Martabat Wahidiyat yaitu ASMA’. Pada martabat ini, Nur Muhammad yang bernama Allah dan bersifat ketuhanan menurunkan Diri menjadi Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan. Maka cahaya ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk yang masih berupa satu kesatuan cahaya. Disinilah terjadi proses pencitaan sebagaimana digambarkan oleh Ibn ‘Arabi dalam pohon kejadian yang tidak pernah putus mengalir. Benih tersebut berasal dari Cahaya Satu, dan Cahaya yang satu tersebut berasal dari Dzat-Nya.

Dimana dari Martabat Wahdat, terciptalah empat nur sebagai berikut :
- NURUN (Cahaya) = Gambaran Cahaya Merah
- HAWAAUN (Angin) = Gambaran Cahaya Kuning
- MAAUN (Air) = Gambaran Cahaya Putih
- TUROBUN (Tanah) = Gambaran Cahaya Hitam

Dan disebut juga NUR MUHAMMAD. Ianya berasal dari JOHAR AWWAL, dan cahaya yang empat diatas, adalah Hakikatnya ADAM, yaitu ASMA ALLAH.
Gambaranya adalah sebagai berikut :
1. Cahaya Merah = Jadi Hakekatnya lafad Alif
2. Cahaya Kuning = Jadi Hakekatnya Lafad Lam Awwal
3. Cahaya Putih = Jadi Hakikatnya Lafad Lam Akhir
4. Cahaya Hitam = Jadi Hakikatnya Lafad Ha
5. Johar Awwal = Jadi Hakikatnya Tasydid.

Syari’atnya adalah Lafad ALLAH, itulah sumber semua makhluk yang berada di Tujuh lapisan Bumi, dan makhluk yang berada di Tujuh lapisan langit.

Demikian Halnya, RUKUN ISLAM juga berasal dari cahaya tersebut di atas, dan gambaranya adalah sebagai berikut :
1. Syahadat = Karena adanya Johar Awwal
2. Sholat = Karena adanya Cahaya Merah
3. Zakat = Karena adanya Cahaya Kuning
4. Puasa = Karena adanya Cahaya Putih
5. Naik Haji = Karena adanya Cahaya Hitam

Demikian halnya Waktu Sholat juga berasal dari cahaya yang sama dan gambaranya adalah sebagai berikut :
1. Subuh = Bagian Nabi Adam
2. Dzuhur = Bagian Nabi Ibrohim
3. Ashar = Bagian Nabi Nuh
4. Mahgrib = Bagian Nabi Isa
5. Isya = Bagian Nabi Musa

Demikian juga Rukunnya Sholat 5 Perkara :
1. Berdiri
2. Takbiratul ikhram
3. Ruku
4. Sujud
5. Duduk

Juga Para Sahabat empat, kelimanya Rosulullah :
1. Sahabat Abu bakar As Shidiq   
2. Sahabat Umar bin Khatab
3. Sahabat utsman bin Affan
4. Sahabat Ali bin Abi Thalib
5. Kanjeng Rosulullah

Mazhab juga berjumlah empat kelima Baitullah :
1. Mazhab Syafi’i
2. Mazhab Hanapi
3. Mazhab Hambali
4. Mazhab Maliki
5. Baitullah

Demikian gambaran dari Asmanya Allah Ta’ala, Hakikatnya NUR MUHAMMAD adalah Cahaya yang empat kelima Johar Awwal.

Dari sini pula lahirnya “Kalam Qadim”, yaitu “ANNAHU ANALLAHU,,,”, Artinya : Aku-lah Allah.

“Dengan Aku ada, apa saja yang telah ada, dan dengan Aku akan ada apa saja yang akan ada. Maka adanya semua ‘alam ini adalah denganKu”. 

“Aku adalah Rahasia (Perbendaharaan) Yang tersembunyi. Lalu Aku berkeinginan agar dikenal, kemudian aku Ciptakan alam serta makhluk (Muhammad) tidak lain agar mereka bisa Ma’rifat (mengenal) kepada Aku”.

“Alif Dzat adalah Mesra rahasiahnya pada segala zarrah, dan Ha adalah Hayatul Alam (Kehidupan alam semesta), dari situlah permulaannya dan menetapnya.”

Alif dan Ha yang dimaksud ini di I’tibarkan dari huruf-huruf yang tertera pada nama Nabi kita Muhammad SAW dengan nama yang lebih dikenal dilangit dengan sebutan “Ahmad”.
Jadi, jelaslah, benih-benih kejadian berasal dari Cahaya Tuhan. Setiap penciptaan berasal dari-Nya. Setiap gerakan, tindakan, perkataan, pemikiran, angan-angan, semuannya bermula dari benih tersebut. Tidak ada satu gerakan pun dari makhluk yang lepas dari benih tersebut.
 
Dalam martabat ini pula Tuhan melahirkan Kehendak-Nya. Kehendak atau Iradat tersebut Dia salurkan dalam setiap benih kejadian. Tumbuhlah benih tersebut menjadi akar yang menjalar ke bawah. Akar atau Kehendak Tuhan inilah yang menjadi pondasi setiap ciptaan, maka segala sesuatu memiliki akar kejadian yakni berada di bawah kendari Tuhan dan terjadi atas kehendak-Nya.
 
Kehendak Tuhan merupakan ketetapan yang pasti atau takdir. Tuhan menyimpan taikdir tersebut di suatu tempat yang tersembunyi hingga tak satu pun yang mengetahuinya, kecuali orang-orang tertentu yang Dia beri kekuasaan untuk mengetahuinnya. Tuhan pun berfirman: ” Sesungguhnya Allah memiliki takdir (ketetapan) terhada segala sesuatu.” Dengan takdir inilah benih tersebut tumbuh keatas menjadi batang. Batang tersebut mampu tumbuh keatas karena memiliki kemampuan atau kudrat yang berasal dari Kudrat-Nya. Semakin tinggi batang itu naik hingga bercabang menjadi dua. Inilah sifat makhluk sejati, yakni bercabang menjadi dua yang saling berpasangan. Tuhan membuat keadaan makhluk menjadi berpasangan sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. Dia memerintahkan agar manusia mengenal dua sifat yang saling berlawanan ini, “Dan Aku menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka saling mengenal satu sama lain.” Ini menjadi petunjuk bagi manusia untuk tidak dalam penampakan kemakhlukan yang memiliki dua pasangan. Manusia yang masih mengagungkan salah satu sifat pasangan dan mengesampingkan sifat lainnya akan tersesat. Padahal dua-duanya berasal dari-Nya. Inilah martabat yang bersifat kemakhlukan namun masih menjadi satu dan belum terpisah-pisahkan. Semua kejadian makhluk masih berbentuk konsep yang tersimpan rapi dan terjadi di sisi-Nya.
 
Adapun alam Wahidiyat (malakut) itu adalah pada mertabat Tain Sani artinya pernyataan yang kedua, maka dinamakan Ismul ASMA 'Tuhan bernama WAHADIAH. Dinamakan Wahadiah itu adalah Zatul AHADIAH MAUSUP SIFATUL Wahdah.

Dinamakan juga A’YAN TSABITAH artinya : Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar. Tidak ada di sana itu melainkan zatnya dan segala sifatnya yang qadim ini, yaitu yang belum keluar lagi dari kalimat "KUN". Ia tidak mencium bau ada sekali-kali "kai-nun" yaitu setiap adanya itu ada permanen seperti ada jua. Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar.
 
Dinamakan AL Kanzul MAKHFI artinya perbendaharaan yang tersembunyi
Dinamakan AL-'AMA artinya yang kelam atau gelap
Dinamakan ALAM HAKIKAT, ROHANI, NYAWA ADAM, ALAM QALBI, ALAM akhirah, ALAM INSAN BATIN, ALAM KAYANGAN.
 
Maka jadilah ROHANI yang dinamakan nyawa Adam, nyawa kita. Maka nyawa kita yang belum bertubuh dengan nama ROHANIUN. Maka Rohani itulah yang mendoakan jasadnya yang menjadi ADAM, maka jadilah Adam Awal. Di kala Tain Sani ada Nafi dan Isbat, berkumpul dan bercerai, karena itu Tuhan jadikan ALAM ROH dari alam malakut.

Maka dari alam Wahidiyat (malakut) itu turunlah:
a. ALAM RUH/ARWAH
b. ALAM MISAL
c. ALAM AJSAM
d. ALAM INSAN

Adapun Rohani itu Afa’al Muhammad, adapun A’yan Sabitah itu Asma Muhamad, adapun Insan itu Sifat Muhammad, adapun Zatul Muqid itu Zat Muhammad. Maka semua yang tersebut itu adalah baru. Maka dari Afa,al Muhammad itu jadilah Pohon Dunia ini, maka dunia ini, dan dunia ini untuk tempat Roh-roh berjasad dengan lembaganya yang berupa manusia yaitu Adam. Dunia dijadikan supaya semua Rohani-rohani (Rohaniun) yang telah ada itu, yang di dalam Alam Roh itu agar dapat turun ke dunia dan memiliki tubuh yang dinamakan lembaga manusia dan dengan tubuhnya itu yang dinamakan jasad itu, dapatlah Rohani menunaikan dn tugasnya kepada Allah Taala sebagaimana yang diikrarnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Firman : - "Apakah tidak aku ini Tuhanmu, mereka mengatakan "Bala Syahiduna".


4. Alam Arwah
Martabatnya adalah Af’al (AF’ALULLAH). Konsep atau skenario Tuhan tidak akan berwujud nyata jika tidak dimasukkan kedalam suatu wadah. Proses penampakan atau tajalli Tuhan berikutnya adalah menciptakan wahana bagi kehendak-kehendak-Nya tersebut. Dalam martabat ini, Tuhan menciptakan makhluk yang sangat halus yakni ruh. Ruh adalah sarana sebagai sumber kehidupan. Ruh itu berasal dari Diri Tuhan. Mula-mula, Ruh tersebut masih satu dan akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak sekali. Bagian-bagian ruh tersebut siap untuk mengisi tiap-tiap bentuk yang akan diciptakan-Nya kemudian.
Proses terciptanya alam dunia ini, bisa digambarkan dengan akliah seperti ini; Ibarat sebuah Proyektor film Alam Wahdat ( Johar Awwal ) digambarkan sebagai Sumber tenaga yang menghidupkan proyektor tersebut, sehingga mampu menghsasilkan cahaya yang pijar, dan dan Alam Wahidiyat (Nur Muhammad) digambarkan sebagai Kaca Lensa 4 (empat) susun yaitu :

- NURUN = Diibaratkan Lensa Merah
- HAWAAUN = Diibaratkan Lensa Kuning
- MAAUN = Diibaratkan Lensa Putih
- TUROBUN = Diibaratkan lensa Hitam

Kemudian kempat lensa tersebut di Sorot Kekuatan Super Cahaya “JOHAR AWWAL” dan keluarlah dari empat lensa tersebut gambaran :

- Dari Lensa Merah = Keluarlah Api Alam Dunia
- Dari Lensa kuning = Keluarlah Angin Alam Dunia
- Dari Lensa Putih = Keluarlah Air Alam Dunia
- Dari Lensa Hitam = Keluarlah Bumi Alam Dunia

Dengan Qodrat dan Iradat-Nya Allah Ta’ala, maka jadilah alam ini, dan disebut juga Alam Kabir, Demikian kejadian alam ini adalah dari NUR MUHAMMAD.

Dinamakan NUR MUHAMMAD dan sekalian rUh yang keluar dariapanya itu yang berkelanjutan menajdi alam eksternal yaitu dari Nur Muhammad melalui kata "KUN" maka jadilah:
- Arsyur Rahman Alam gaib lagi gaib
- Arsyul Azim
- Arsyul Karim Alam gaib
- Al Kursi A'azam Alam Nyata
- Jabal Qaf
- 7 lapis bumi
- 7 lapis langit
- Segala galaksi
- Bumi Kita

- Dinamakan ALAM ARWAH atau ROH yakni terkumpulnya arwah segala anbiya, mursalin dan segala mu'min.
- Dinamakan ASHLUL ARWAH yaitu Mazh harul atam, Jadi "Khatamun nabiyin wa syaidul mursalin wa rahmatul lil alamin"
- Dinamakan ALAM SUNYI dari tergantung dengan tabiat lagi basith.
- Dinamakan juga CAHAYA MUHAMMAD, ALAM NYAWA, martabat WUJUDIAH, Alam di bawah kalimat "KUN", Pemerintah Alam Saghir dan Alam Kabir, TAIN TSALASA, ALAM ROH, NYAWA KITA.

Adapun Alam Roh lebih dahulu dijadikan Allah dari Dunia yang fana ini. Adapun Dunia ini adalah ibarat layar putih dan pentas ke Rohaniun itu yang datang ke dunia menjalankan tugas dan peran masing-masing, yang jadi seniman dengan lakunnya.

Keranan adanya Rohani, maka adanya Jawahir Basit yaitu: -
a. FUAD
b. KALBUN
c. LABBIN
d. SUDUR
e. KABAD
f. SAUDA '
g. SYIFAP

Maka semuanya itu adalah hal Roh, maka jadilah: -
a. Berperang Sabil dengan nafsunya yang jahat
b. Membuat Ahsan
c. Melakukan Mujahidah masing-masing dengan tempat atau makamnya,

Dengan itu maka adanya jalan nafsu itu jadi dua yaitu: -
a. Jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari
b. Jalan nafsu yang bernama Hati Nurani maka Roh-roh yang taat pada sisi

Tuhan, setelah berganti dengan nama nyawa karena ada memiliki jasad masing-masing maka jadilah Roh itu tiga mertabat yaitu: -
a. Martabat Amar Rabbi
b. Martabat Hati Nurani
c. Martabat Ubudiah

Mana-mana Roh yang tidak taat setelah ada memiliki jasad masing-masing itu, maka jadilah tiga mertabat yaitu: -
a. Bangsa hewan
b. Dinamakan bangsa setan
c. Dinamakan bangsa hati sanubari

Maka Alam Ruh itu adalah Alam Ghaib. Ia lebih adanya dari Dunia yang luas ini, di sanalah nyawa manusia yang sebelum bertubuh telah ada. Setelah 125 tahun Nur Muhammad itu telah ada dan semua nyawa-nyawa manusia itu di kenal dengan nama Roh, tetapi mertabat Ruh dewasa itu seperti mertabat binatang, karena tidak menanggung tugas dan tanggungjawab. Hanya setelah ia berjasad dan hidup di dalam dunia ini masing-masing memiliki tugas, maka baharulah ada derajat masing-masing di sisi Tuhan dan nyawa itu tidak lagi disebut Ruh, hanya ketika jasad itu mati ia akan berpulang menghadap Allah Taala dengan nama Ruh, yaitu diri atau Jiwa.

Dengan nama Ruh ia dikenal dengan nama Ruhani pulan bin pulan tertulis kepadanya. Dengan nama jiwa ia di kenal dengan nama jiwa, misalnya: -
a. Jiwa Amarah
b. Jiwa Lawamah
c. Jiwa Sawiah
d. Jiwa Natikah
e. Jiwa Mulhammah
f. Jiwa Mutmainnah

Maka pada jiwa itulah tertulis namanya pulan bin pulan, senang atau susah, bahagia atau celaka, menurut amal dan fielnya di dalam dunia ini menurut penilaian 'atikad-atikadnya dan tauhidnya serta makrifatnya kepada Allah Ta’ala.


5. Alam Mitsal
Martabatnya adalah “ILMU” ianya adalah Alam segala rupa, perceraian Roh Muhammad. Alam segala warna. Alam Khayal. Alam ARDHUS SIMSIMAH, Ardhul haqiqah.
 
Dan siapapun yang sudah Ma’rifat dengan asal kejadianya yaitu Hakikat ADAM, maka ianaya sudahlah sampai pada PANGKAL MITSAL, Artinya sudah bisa menemukan Hakikat NUR MUHAMMAD, yaitu hakikat dari intisari bumi yang empat : Cahaya merah, cahaya kuning, cahaya putih, dan cahaya hitam (Hakikat Muhammad).
 
Di dalam Alam Mitsal maka Roh Muhammad bercerailah dengan Roh-roh yang lain yang berbagai nama, tetapi pada mulanya dinamakan Rohaniun (Rohani-rohani). Maka semua Rohaniun itu berasal dari Roh Muhammad Rasulullah SAW.

Karena itulah dasar dan dasar dari Ilmu Rohani adalah kita wajib beriman: -
a. Pada Allah Taala
b. Pada Nabi Muhammad SAW
c. Pada hari kiamat yang akan datang

Jika tidak berpegang pada dasar yang tiga diatas, maka bukanlah disebut spiritual dari orang-orang mukmin atau orang-orang Islam. Ruh Muhammad itulah jadi Ruh seseorang, yang jadi nyawa seseorang, yang jadi hati seseorang, tetapi ia telah bercerai di dalam mertabat Alam Misal. Segala ruh-ruh itu adalah jadi kata pepatah "Ulat lupakan daun". Nyawa-nyawa manusia yang bukan alim dalam Ilmu Ketuhanan, hanya Firman jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari dengan syahwatnya dan jiwa raga yang memandang lahir alam ini semata-mata.
 
Ibarat sesuatu yang telah tersusun dari bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak dapat dipisah-pisahkan.
 
Alam Misal adalah tingkat kelima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan rahasia diri-Nya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah SWT, terus menyatakan diri-Nya melalui diri rahasianya dengan lebih nyata dengan membawa diri rahasianya untuk di kandung pula oleh bapak yaitu dinamakan Alam Mitsal. Untuk menjelaskan lagi Alam Mitsal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri rahasia Allah belum menyatu dengan tubuh materi. Alam Mitsal jenis ini di alam malakut. Ia merupakan transisi dari alam Arwah (alam Ruh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Mitsal di mana proses peryataan ini, perwujudan Allah pada martabat ini belum lahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata. Diri rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan ke ubun-ubun bapa, yaitu perpindahan dari alam ruh ke alam Bapa (Mitsal).
 
Alam Mitsal ini terkandung ia di dalam "Walam yakullahu" dalam surat Al-Ikhlas yaitu dalam kondisi tidak bisa di bagaikan. Dan seterusnya menjadi "Madi", "Wadi", "Mani", yang kemudian di salurkan ke satu tempat yang berafiliasi di antara diri rahasia batin (ruh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat yang disebut rahim ibu. Maka terbentuklah apa yang di katakan "Manikam" ketika terjadi bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapak)Perlu diingat tubuh rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam kondisi rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi lahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.


6. Alam Ajsam
Martabatnya adalah “Hakikinya Manusia” setelah adanya dunia. Allah menciptakan manusia (Adam) dengan menyuruh Malaikat turun ke alam dunia guna mengambil saripati dari sari Api, Sari Angin, Sari Air, Sari Bumi, kemudian melalui proses menjadi :
- Saripati BUMI menjadi Kulit Bulu Adam
- Saripati Api menjadi Darah Daging Adam
- Saripati AIR menjadi Urat Balung Adam
- Saripati ANGIN menjadi Otot Sumsum Adam

Dengan kuasanya Allah Ta’ala terjadilah Lafadz MUHAMMAD, Mim, Ha, Mim, Dal yaitu CAHAYA :
- Hitam menjadi hakikat lafadz Mim awal
- Putih menjadi hakikat lafadz Ha
- Kuning menjadi hakikat lafadz Mim Akhir
- Merah menjadi hakikat lafadz Dal
- Jauhar Awal menjadi hakikat Tasjid

Secara syariat menjadi lafadz Muhammad, atau sebaliknya menjadi lafadz Allah.
- Mim Awal dari lafadz MUHAMMAD menjadi KEPALA Adam
- Ha dari lafadz MUHAMMAD menjadi DADA Adam
- Mim Akhir dari lafadz MUHAMMAD menjadi PUSAR Adam
- Dal dari lafadz MUHAMMAD menjadi KAKI Adam

Ketika itu masih belum bisa bergerak, tergeletak, seperti wayang golek. Kemudian diberi lubang sebanyak empat yaitu:
- Lubang Mata,
- Lubang Telinga,
- Lubang Hidung dan
- Lubang Mulut.

Kemudian kepada lubang-lubang itu dimasukkan NUR MUHAMMAD. Kejadian itu menyebabkan berfungsinya indra dan bergerak hidup. Jelasnya hidupnya manusia itu syariatnya dengan adanya Cahaya. Begitu juga matinya dengan tidak adanya cahaya. Bila sudah tidak ada Cahaya, si jasad/jasmani atau jagad saghir, sudah tidak ada lagi kekuatannya terbukti gampang ambruknya jadi lemah dan mati.
 
Begitu juga dengan Nur Muhammad di jagad kabir yaitu di alam dunia yang paling kuat. Tidak ada daya kalau tidak adanya cahaya yaitu Matahari, bulan, bintang tentu saja akan rusak alam dunia ini yang tinggal hanya gelapnya, api tinggal panasnya, air tinggal dinginnya, angin tinggal hawanya. Lalu siapa yang akan mengisinya atau penghuninya neraka, neraka ini tidak lain Idajil la’natullah dan semua ruh manusia yang tidak bisa kembali lagi kepada Allah ta’ala disebabkan waktu didunia terkena godaan syaitan lantaran tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah.

Sebetulnya Idajil itu adalah Malaikat kekasih Allah. Sebabnya ia dimurkai Allah, dia disuruh turun ke dunia sebelum adam tercipta sampai dengan tiga ribu tahun dan tidak kembali ke surga lagi. Dia kerasan tinggal di dunia. Maka Allah menetapkan tempatnya Idajil nanti di neraka paling bawah. Karena membangkangnya Idajil menerima saja. Tetapi dengan permohonan izin untuk menggoda anak cucu Adam yang akan dijadikan temannya di dunia dan di neraka; Allah mengijinkannya kecuali hamba Allah yang beriman kepada Allah dan Rasulullah saja yang tidak bisa menjadi temannya.

Kita kembali kepada diciptakannya Adam Majazi itu dari sari pati Api, Angin, Air, dan Bumi tanpa ada keempat unsur ini tidak akan tumbuh dan berkembang hidup baik berupa kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan manusia sekalipun, renungkanlah baik-baik. Bahwa semua yang hidup ini saling berkaitan bersirkulasi, berkorelasi menjadi sistem yang diterapkan Allah di alam semesta ini.

Selanjutnya setelah ada Adam dan Babuhawa atau ibu bapak/orang tua kita, buah-buahan, daging dan lain sebagainya yang dimakan lebih dahulu oleh kita menjadi wadi, madi, mani, manikem, bertemu kontak dengan Nur Muhammad cahaya yang empat perkara tadi, terjadilah jabang bayi di dalam rahim ibu (mengandung). Bila ada yang tidak jadi, karena tidak bertemu kontaknya dengan Nur (Ruh) dengan kuasanya Allah yang berwenang menjadikannya, kita sebagai manusia tidak ada kekuasaan, tidak ada daya dan upaya hanya sekedar menjadikan sebab untuk itu ditempati Ruh-Nya.

Ketika bayi di dalam kandungan belum ada nyawa, baru ada hidup saja yaitu ruh suci karena itu tidak ada rasa apa-apa, ketika lahir dari perut ibu, ruh suci kontak artinya bertemu dengan hawa alam dunia ini yaitu dari Bumi, Api, Angin, Air. Kemudian bernafaslah dia dengan sifatnya nyawa. Hakikatnya nyawa ialah rasa jasmani, pada waktu itu mata terbuka belum bisa melihat, kuping belum bisa mendengar, hidung belum bisa mencium, mulut belum bisa bicara hanya ada suaranya saja. Setelah diberi air susu atau makanan apa saja yang berasal dari saripati Bumi, Angin, Api dan Air tadi, saripati yang empat ini menjadi Darah yang ada empat macam :
1. Darah yang hitam dari saripati Bumi, adanya pada kulit, membesarkan kulitnya bayi, hawanya keluar melalui telinga hingga bisa berbicara.
2. Darah yang merah dari saripati Api, adanya pada daging, membesarkan dagingnya bayi, hawanya keluar melalui telinga hingga bisa mendengar.
3. Darah yang Putih dari saripati Air, adanya pada tulang, membesarkan tulang bayi, hawanya keluar melalui mata hingga bisa melihat.
4. Darah yang Kuning dari saripati Angin, adanya pada sumsum, membesarkan sumsum bayi, hawanya keluar melalui hidung hingga bisa mencium dan merasa.

Setelah bayi membesar kulitnya, membesar dagingnya, membesar tulangnya, membesar (banyak) sumsumnya, maka keluarlah hawanya yaitu nafsu yang ada empat yaitu:
1. Nafsu Amarah;
2. Nafsu Lawamah;
3. Nafsu Sawiyah;
4. Nafsu Mutmainah.

Semuanya itu adalah bukti dari adanya segala keinginan yang buruk dan keinginan yang baik. Begitulah bukti tumbuh dan berkembangnya jasad ini, walaupun ada tenaga, akal pikiran, beserta penglihatan, pendengaran, ucapan dan penciuman juga rasa, tidak ada kemampuan kecuali dengan pertolongan ruh api, air, angin dan bumi. Apa sebabnya itu bisa terjadi? Tidak lain segala apa yang terjadi darinya itu, supaya peralatan itu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kehidupan.

Peralatan-peralatan tadi harus digunakan untuk menge-tahui kepada asalnya yaitu Allah ta’ala supaya nanti kita bisa sempurna membawanya pulang/kembali kepada Allah ta’ala. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”. Hanya manusia yang mempunyai ilmunya saja yang mampu menyempurnakan ruh-ruh sealam dunia yang membawa balik kepada Allah ta’ala. Makanya ruh-ruh sealam pada masuk ke dalam diri manusia, apalagi ruh bumi, api, air dan angin itulah yang sehari-harinya bersama kita baik yang halal maupun yang haram, yang bersih dan yang kotor, yang najis dan yang mubah semuanya ikut masuk.
 
Walaupun pada kenyataannya tidak dimakan, tapi apabila ada anjing, babi yang mati di air, tentu bangkainya di makan ikan, lalu ikan di makan manusia. Kalau mati didarat jadi pupuk diserap oleh tumbuh-tumbuhan, lalu buahnya di makan manusia. Jelaslah sudah bahwa manusia ini menjadi tempat lalulintas menyebrangnya ruh-ruh se alam dunia kembali kepda Allah ta’ala. Keterangan lainnya :
 
- Ruh Api akan menjadi neraka panas
- Ruh Air akan menjadi neraka dingin
- Ruh Bumi akan menajdi neraka gelap
- Ruh Angin/Hawa akan menajadi neraka sengatan neraka yang menggigit/menyengat nyawa manusia
 

7. Alam Insan Kamil

Adapun Alam Insan atau disebut juga dengan Alam Insan Kamil. sudah terkandung didalam surah Al-Ikhlas

Diri manusia pada martabat INSANUL KAMIL adalah sebatang diri yang suci mutlak pada zahir dan batin. Tiada cacat dan celanya dengan Allah s.w.t. yaitu tuan Empunya Rahasia, sebab itu Rasulullah s.a.w pernah menegaskan dalam sabdanya, bahwa kelahiran seorang bayi itu dalam kedaan yang suci, tetapi yang membuatnya menjadi kotor itu adalah ibu bapaknya dan masyarakat, serta hanyutnya manusia itu sendiri di dalam gelombang godaan kehidupan di dunia ini.

Adalah menjadi tanggung jawab seorang manusia yang ingin menuju ke jalan kesucian dan makrifat kepada Allah Ta’ala untuk mengembalikan dirinya ke suatu tahap yang bernama manusia KAMIL atau AL-KAMIL (sempurna) ataupun dinamakan tahap martabat Alam INSAN.

Dinamakan juga ALAM HIMPUNAN SEGALA ALAM yakni bersatunya alam yang tujuh ianya adalah :
- Ahdat
- Wahdat
- Wahdiat
- Alam Arwah
- Alam Mitsal
- Alam Ajsam
- Alam Insan Kamil

Adapun Alam Insan itu, perhimpunan pada segala martabat. Pada sisi Allah martabat Insan itu tiga hal:
a. Martabat manusia Rabbubiah, yaitu Insan Khusus Ul Khusus
b. Martabat manusia Mausup, yaitu Insan Kamil Wa Mukamil
c. Martabat Insan Ubudiah, yaitu Insan Kamil Mukamil

Maka Pada Alam ini Allah Ta’ala menurunkan Diri menjadi manusia sempurna sebagai gambaran Diri-Nya yang sempurna. Melalui manusia sempurna inilah Dia menikmati hasil ciptaan-Nya. Maka manusia dibekali akal dan hati sebagai sarana kehadiran Tuhan. Kelebihan utama manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah kemampuan untuk menampung kehadiran Tuhan hingga menjadi wakil (khalifah) bagi-Nya. Melalui manusia sempurna inilah harapan-Nya untuk mengenal dan dikenal akan terlaksana.
 
- Akal Manusia Adalah Singgasana Kemakmuran-Nya
- Hati Manusia Adalah Singgasana Kemuliaan-Nya
- Sifat Malu Manusia Adalah Singgasana Kesucian-Nya
- Ketiga bagian tubuh manusia ini menjadi sarana vital kehidupan, sebagai tempat hadirnya Tuhan untuk menikmati keelokan hasil karya-Nya.

Sedangkan Alam Insan itu sendiri, terbagi dalam beberapa bagian , yang juga banyak disebut dalam banayak keterangan, diantaranya :
a. Dinamakan Insan (Rahasia Allah)
b. Dinamakan Insan Kamil
c. Dinamakan Insan Kamil dan Mukamil
d. Dinamakan Insan Mukamil
e. Dinamakan Insan Sawaan
f. Dinamakan Insan Sawaatun
g. Dinamakan Insan Batin
h. Dinamakan Insan Zahir
i. Dinamakan Insan Mutaiz
j. Dinamakan Insan Ghaib
k. Dinamakan Insan Nakus (Insan Hewan)
l. Dinamakan Insan Syaitani



Posting Komentar

0 Komentar