Dzikir Bukan Untuk Kaya


Ada banyak orang yang masih ‘salah tafsir’ dalam menjalankan perintah agama yaitu untuk Dzikir. Sebagian orang ‘berdzikir; dengan beragam macam ‘tujuan duniawi’, ada yang mengamalkan wirid atau bacaan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan ‘kekuatan supranatural, ada juga yang mengamalkan dzikir dengan tujuan mendapatkan kedudukan, ada yang dzikir dengan tujuan untuk menjadi kaya, lalu apa sebenarnya tujuan ‘dzikir’?

Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Al Ahzab : 41). (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra’d : 28)

Dari kedua ayat diatas, jelas bahwa dzikir itu bukan untuk kaya atau karena ingin jabatan, tapi dalam rangka menjalankan perintah agama; dan kemudian akan berimplikasi untuk ketentraman hati orang yang dzikir.

Lalu apakah ahli dzikir tidak bisa kaya?
Kaya atau miskinnya seseorang adalah sebuah sunatullah, seperti layaknya pergantian siang dan malam, jadi tidak berhubungan langsung dengan dzikir atau tidaknya seseorang, tapi dengan dzikir yang benar, dzikir yang sesuai dengan tuntuan seorang guru, adalah sebuah keniscayaan bahwa orang yang senantiasa dzikir, orang yang senantiasa ingat kepada Allah, orang yang senantiasa dekat dengan Allah, akan memiliki penghidupan dan kehidupan yang lapang, yang mudah, yang cukup dan tentu saja mendapatkan janji Allah untuk memperoleh surga dunia!.


Faedah Mengingat Allah (Zikir)
Mengingat Allah (baca: dzikir) merupakan pokok daripada syukur. Manfaat yang besar dapat diperoleh dengan mengerjakan amalan ini. Namun, sayang sekali kebanyakan orang melupakan dan melalaikannya. Padahal, faedah dzikir itu banyak sekali, di antaranya adalah    :

1. Mendatangkan pertolongan Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku pun akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152)

2. Mendatangkan ampunan dan pahala yang besar
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, lelaki maupun perempuan, maka Allah sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 35)

3. Sebab hidupnya Hati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya (Allah) dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya, seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari)

4. Mendatangkan ketentraman jiwa
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah, dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28)

5. Jauh dari perangkap setan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang berpaling dari mengingat ar-Rahman maka akan Kami jadikan setan sebagai pendamping yang selalu menemaninya.” (QS. az-Zukhruf: 36)

6. Jalan menuju keikhlasan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang munafik itu berusaha mengelabui Allah, sedangkan Allah justru mengelabui mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat maka mereka berdiri dengan penuh kemalasan, mereka mencari-cari pujian manusia, dan mereka sama sekali tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (QS. an-Nisaa’: 142)

7. Perlindungan Allah pada hari kiamat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat… di antaranya adalah seorang lelaki yang mengingat Allah dalam keadaan sepi, kemudian meneteslah air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan yang perlu diingat bahwasanya dzikir yang benar adalah yang dilandasi keikhlasan niat dan dikerjakan dengan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allahul muwaffiq.

Suci Hati Bening Pikir...



Posting Komentar

0 Komentar